Jumat, 23 November 2012

Patofisiologi singkat Anemia


1.     Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).Anemia bisa juga disebabkan oleh kehilangan darah dalam jumlah banyak akibat kecelakaan, karena ketidakmampuan tubuh memproduksi sel darah merah yang cukup, dan bisa juga disebabkan oleh kelainan bawaan atau genetik (keturunan). Ukuran hemoglobin normal
·        Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
·        Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram Tingkat pada anemia
·        Kadar Hb 10 gram – 8 gram disebut anemia ringan
·        Kadar Hb 8 gram – 5 gram disebut anemia sedang.
·        Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.

Jenis dari anemia sendiri bermacam-macam karena dibedakan menurut faktor penyebabnya. Berikut ini adalah diagnosa penyebab anemia menurut ilmu kedokteran:
Ø  Anemia hemoragi
Anemia hemoragi disebabkan oleh kehilangan darah akut. Sumsum tulang secara bertahap akan memproduksi sel darah merah baru untuk kembali ke kondisi normal
Ø  Anemia defisiensi zat besi
Anemia jenis ini terjadi sebagai akibat dari penurunan asupan makanan, penurunan daya absorbsi, atau kehilangan zat besi secara berlebihan
Ø  Anemia aplastik
Anemia aplastik atau sumsum tulang tidak aktif ini ditandai dengan penurunan sel darah merah secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi karena paparan radiasi yang berlebihan, keracunan zat kimia, atau kanker
Ø  Anemia pernicious
Anemia pernicious ini disebabkan oleh tidak terdapatnya vitamin b12 di dalam diri seseorang
Ø  Anemia sel sabit (sickle cel anemia)
Ini merupakan jenis anemia yang dipengaruhi oleh faktor keturunan. Anemia sel sabit disebabkan oleh molekul hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta.
Hal ini menyebabkan sel darah merah terdistrosi  menjadi bentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel - sel terdistorsi ini menutup kapilar dan mengganggu aliran darah.


2.     Tanda dan Gejala
Gejala anemia :
Bila anemia terjadi dalam waktu yang lama, konsentrasi Hb ada dalam jumlah yang sangat rendah sebelum gejalanya muncul. Gejala- gejala tersebut berupa :
·         asimtomatik : terutama bila anemia terjadi dalam waktu yang lama
·         letargi
·         nafas pendek atau sesak, terutama saat beraktfitas
·         pusing
·         palpitasi
sedangkan, tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan yaitu :
·         pucat pada membrane mukosa, yaitu mulut, konjungtiva, kuku.
·         sirkulasi hiperdinamik, seperti takikardi, pulse yang menghilang, aliran murmur sistolik.
·         gagal jantung
·         perdarahan retina
tanda-tanda spesifik pada pasien anemia diantaranya :
·         glossitis : terjadi pada pasien anemia megaloblastik, anemia defisiensi besi
·         stomatitis angular : terjadi pada pasien anemia defisiensi besi.
·         jaundis (kekuningan) : terjadi akibat hemolisis, anemia megaloblastik ringan.
·         splenomegali : akibat hemolisis, dan anemia megaloblastik.
·         ulserasi di kaki : terjadi pada anemia sickle cell
·         deformitas tulang : terjadi pada talasemia
·         neuropati perifer, atrofi optik, degenerasi spinal, merupakan efek dari defisiensi vitamin b12.
·         garing biru pada gusi (burton’s line), ensefalopati, dan neuropati motorik perifer sering terlihat pada pasien yang keracunan metal.


3.     Penyebab
Penyebab anemia umumnya adalah :
-          Kurang gizi (malnutrisi)
-          Kurang zat besi dalam diet.
-          Malabsorpsi
-          Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, dan lain-lain.
-          Penyakit – penyakit kronik: TBC, Paru-paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain.



4.     Patofisiologi
        Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.  Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.  Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:
1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
viskositas darah menurun
resistensi aliran darah perifer
penurunan transport O2 ke jaringan
hipoksia, pucat, lemah
beban jantung meningkat
kerja jantung meningkat
payah jantung




5.     Masalah Keperawatan
5.1  Intoleransi aktivitas
Tanda : kelemahan, banyak istirahat, palpitasi, takikardi, peningkatan TD, dispnea.
Kriteria evaluasi : peningkatan toleransi aktivitas ; nadi, pernafasan dan tekanan darah normal.
Intervensi :
o   Kaji kemampuan melakukan tugas, catat adanya kelelahan dan kesulitan melakukan tugas
o   Kaji gangguan keseimbangan jalan dan kelemahan otot
o   Awasi vital sign selama dan sesudah aktivitas
o   Ubah posisi perlahan, pantau terhadap pusing
o   Beri bantuan aktivitas/ambulasi bila perlu
o   Anjurkan menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan dan pusing.

5.2   Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tanda                  :    penurunan BB, perubahan mukosa mulut ; kehilangan tonus otot
Kriteria evaluasi  :    peningkatan BB/stabil dengan nilai Laboratorium normal ; tidak ada tanda malnutrisi
                   Intervensi            :
o   Observasi dan catat masukan makanan
o   Timbang berat badan setiap hari
o   Observasi mual/muntah, flatus dan gejala lain
o   Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik
o   Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka
o   Pantau hasil lab : Hb/Hmt, protein, besi, B12, asam folat dan elektrolit serum
o   Beri obat sesuai interuksi : vitamin, mineral, besi oral
o   Beri diet halus, rendah serat, tidak merangsang

5.3   Resiko tinggi terhadap infeksi
            Kriteria evaluasi  :    mengidentifikasi perilaku untuk mencegah resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan luka dan bebas demam.
 Intervensi             :
-          Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan klien
-          Pertahankan tehnik aseptic
-          Berikan perawatan kulit, perianal dan oral
-          Tingkatkan masukan cairan adekuat
-          Pantau dan batasi pengunjung, beri isolasi
-          Pantau suhu
-          Ambil spesimen untuk kultur sesuai indikasi
-          Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik

5.4   Kerusakan integritas kulit/resiko kerusakan integritas kulit
              Kriteria evaluasi  :    Mengidentifikasi factor-faktor perilaku untuk mencegah cidera kulit.
Intervensi             :
-          Catat adanya perubahan pada turgor, warna, hangat local, eritema
-          Ubah posisi secara periodic
-          Ajarkan agar kulit tetap kering dan bersih
-          Bantu latihan rentang gerak pasif
-          Gunakan alat pelindung ; kasur tekanan udara, bantal sesuai indikasi

5.5   Konstipasi/diare berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan pencernaan, efek samping terapi oral.
              Tanda                  :    perubahan frekuensi, karakteristik dan jumlah feces ; mual/muntah ; anoreksia; nyeri abdomen tiba-tiba, gangguan bunyi usus.
              Kriteria evaluasi  :    fungsi usus normal ; perubahan perilaku hidup yang diperlukan sebagai penyebab.
Intervensi             :
-          Observasi warna, konsistensi, frekuensi, jumlah.
-          Auskultasi bunyi usus
-          Awasi masukan/keluaran
-          Dorong masukan 2500-3000 ml
-          Konsul dengan ahli gizi : diet tinggi serat
-          Berikan pelembek feces atau enema sesuai indikasi
-          Berikan obat anti diare sesuai indikasi

5.6   Perubahan perfusi jaringan
                   Kemungkinan dibuktikan oleh :
palpitasi, kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh, ekstremitas dingin, penurunan haluaran urine, penurunan tekanan darah capilari refill melambat, disorientasi.
Kriteria evaluasi  :    menunjukkan perfusi adekuat ; tanda vital stabil, membrane mukosa berwarna merah muda, capilari refill baik, mental baik.
Intervensi :
-          Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa dan kuku
-          Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
-          Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi nafas
-          Selidiki keluhan nyeri dada dan palpitasi
-          Kaji respon verbal melambat, agitasi bingung
-          Catat keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan sesuai indikasi
-          Awasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Mmt dan jumlah eritrosit
-          Berikan sel darah merah sesuai indikasi
-          Berikan oksigen sesuai indikasi

6.     Komplikasi
Anemia sel sabit dapat menghancurkan organ-organ tubuh. Nyeri dan pembengkakan di jari kaki dan pergelangan kaki merupakan salah satu tanda pertama anemia sel sabit. Penyumbatan pembuluh darah juga dapat menimbulkan rasa sakit di tangan.
Sel darah merah sabit bisa menghalangi aliran darah ke berbagai organ, termasuk limpa, paru-paru, otak, mata, dan pembuluh darah yang menyuplai jantung serta paru-paru.
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat anemia sel sabit diantaranya adalah:
1)      infeksi
2)      pneumonia
3)      kerusakan mata
4)      kecacatan akibat stroke hemoragik atau stroke iskemik (karena kekurangan oksigen ke otak)
5)      pembesaran limpa
6)      hipertensi arteri paru-paru (peningkatan tekanan dalam paru-paru)
7)      ulcer (borok) di kaki karena buruknya aliran darah ke kulit
8)      gagal ginjal
9)      batu empedu, karena terlalu banyak sel darah merah yang hancur maka bilirubin dalam aliran darah menjadi banyak sehingga dapat menyebabkan batu empedu.
10)  mual dan sakit perut karena serangan pada kandungan empedu dan batu empedu



Daftar Pustaka

Carapedia. Diagnosa Penyebab anemia : http://carapedia.com/diagnosa_penyebab_anemia_info2231.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar